Sabtu, 05 Desember 2009



makalah punya desi setia utami, fotonya cantik yah
PENDAHULUAN

Soekarno mengatakan Jas Merah yang artinya jangan melupakan sejarah. Karena begitu pentingnya belajar mengenai sejarah. Dengan belajar sejarah maka orang dapat mengetahui serta mengambil hikmah dari peristiwa-peritiwa sejarah yang telah terjadi. Dengan sejarah orang bisa mengambil dan meniru hal-hal yang baik serta menjauhi dan tidak mengerjakan sesuatu yang akan menimbulkan kerugian.
Demikian juga dalam Islam, Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam Ciptaan-Nya agar mengetahui keagungan-Nya. Agar manusia dapat mengerti sejarah hidup-Nya berasal dari mana dan akan kembali kemana, dan agar mengetahui sunattullah yang telah terjadi dari dahulu kala sampai sekarang.
Mungkin itulah sekilas pentingnya pendidikan sejarah bagi manusia. Oleh karena itu, pada dalam makalah ini akan membahas tentang pendidikan sejarah menurut telaah Al-Qur’an Surat Ali-Imran ayat 137 serta al-Ankabut ayat 20. Dalam makalah ini akan mencari tafsiran ayat di atas menurut para penafsir serta menarik kesimpulan, sehingga dapat dikaitkan dengan konteks pendidikan sejarah karena kajian pokoknya adalah tafsir hadits tarbawi.
Tak perlu panjang lebar, namun penulis inginkan masukan kritik dan saran yang mendukung penulisan pada makalah ini sehingga dapat bermanfaat untuk lebih sempurna dalam penulisan makalah selanjutnya. Akhirnya selamat membaca.








PENDIDIKAN SEJARAH

A. Al-Qur’an Surat Al-Imran Ayat 137
             
Artinya: “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah ; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”

B. Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Imran Ayat 137
Setelah selesai menjelaskan dan mengisyaratkan sebab-sebab malapetaka dan bimbingan-Nya agar terhindar dari masa datang dari kesalahan serupa, dan menjelaskan juga ganjaran yang akan diperoleh bila mengikuti tuntunan-tuntunan-Nya, maka kini secara sangat serasi dan perlahan dihubungkan kelompok ayat-ayat, maka kini secara sangat serasi dan perlahan dihubungkan kelompok-kelompok ayat-ayat yang lalu dengan kelompok ayat-ayat yang akan datang. Penghubung tersebut adalah kedua ayat di atas. Ayat 137 perintah untuk memperhatikan bagaimana keadaan orang-orang yang terdahulu dan kesudahan mereka. “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah” yakni hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan. Sunnah tersebut antara lain adalah “yang melanggar perintah-Nyadan perintah rasul-Nya akan binasa, dan yang mengikutinya berbahagia”. “Ayat menegakan disiplin akan sukses”. “hari-hari kekalahan dan kemenangan silih berganti” dan lain-lain. Sunnah-sunnah itu ditetapkan Allah demi kemaslahatan manusia dan itu semua dapat terlihat dengan jelas dalam sejarah dan peninggalan ummat yang lalu. Perhatikan dan camkanlah hal tersebut, kalau belum juga kamu pahami dan hayati melalui bacaan atau pelajaran sejarah maka berjalanlah kamu di muka bumi untuk melihat bukti-buktinya dan perhatikanlah untuk mengambil pelajaran bagaimana kesudahan buruk yang dialami orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). Ini, yakni pesan-pesan yang dikandung oelh semua ayat-ayat yang lalu, atau al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerang yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi seluruh manusia, dan ia kiga berfungsi sebagai petunjuk yang memberi bimbingan-masa kini dan datang- menuju kea rah yang benar serta peringatan yang halus dan berkesan menyangkut hal-hal yang tidak wajar yang bagi orang-orang bertakwa, yang antara lain mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat.
Ayat ini memerintahkan untuk mempelajari “sunnah” yakni kebiasaan-kebiasaan atau ketetapan ilahi dalam masyarakat. Sunnatullah adalah kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Perlu di ingat bahwa apa yang dinamai hukum-hukum alam pun adalah kebiasaa-kebiasaan yang dialami manusia menyangkut fenomena alam.
Kemudian ayat selanjutnya yaitu ayat 138 menerangkan bahwa Demikian juga terlihat bahwa kitab suci Al-Qur’an adalah kitab pertama yang mengungkap adanya hukum-hukum yang mengatur masyarakat. Tidak heran hal tersebut diungkap Al-Qur’an, karena kitab suci itu berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang benderang, dari kehidupan negative menuju kehidupan positif. Al-Qur’an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta peringatan bagi orang-orang yang bertakwa.
Pernyataan Allah ini adalah penjelasan buat manusia, juga mengandung makna bahwa Allah tidak menjatuhkan sangsi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Dia tidak menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah penjelasan, petunjuk jalan, lagi peringatan.
Ayat ini dan ayat sesudahnya disimpulkan dalam tafsir Al-Qur’anul Majid bahwa Tuhan memeringatkan kita dengan sunnah-sunnah-Nya dan menjelaskan bahwa orang-orang yang menjalani sunnah-sunnah (hukum objektif, hukum alam atau hukum social) yang diciptakan-Nya akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya orang yang meninggalkan sunnah-sunnah Allah menderita kekalahan dan kegagalan serta akibat-akibat buruk dari darinya.

Serta di jelaskan juga dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa Allah berfirman kepada hamba-hamba-Nya yagn mukmin tatkala mereka mendapat musibah dalam perang Uhud dan gugur tujuh puluh orang di antara mereka sebagai syuhada, “ bahwa hal yang serupa itu telah terjadi pada umat-umat yagn sebelum mereka, para pengikut nabi-nabi yang akhirnya merekalah yang beruntung dan orang-orang kafirlah yang binasa. Karenannya Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya mengadakan perjalanan untuk melihat dan menyaksikan bagaimana akibat yang diderita oleh umat yang mendustakan nabi-nabi-Nya.
Allah berfirman bahwa di dalam Al-Qur’an. Terdapat keterangan sejelas-jelasnya bagi umat manusia, juga mengenai cerita umat-umat yang dahulu. Di samping itu ia adalah petunjuk dan pencegah dari segala perbuatan dosa dan maksiat.
Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya janganlah menjadi lemah dan sedih hati karena apa yang mereka derita dalam perang Uhud. Sebab kemenangan terakhir adalah bagi orang-orang mukmin. Dan jika mereka telah mendapat luka-luka dan banyak yang gugur dalam perang Uhud. Maka hal yang serupa telah dialami, pula oleh musuh-musuh mereka dalam perang Badar. Dan memang demikianlah sunnah Allah yang menggilirikan masa kehancuran dan kejayaan di antara manusia.
Allah berfirman bahwa dengan penderita yagn dialami dalam perang Uhud, Allah hendak memersihkan orang-orang yang beriman dari dosa-dosa mereka dan atau mengangkat derajat mereka sesuai dengan penderitannya. Sedangkan orang-orang kafir akan dibinasakan, walaupun untuk sementara mereka memperoleh kemenangan.

C. Al-Qur’an Surat Al-Ankabut Ayat 20
            •   •      
Artinya: “Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

D. Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Ankabut Ayat 20
Ayat ini masih mengenai Nabi Ibrahim a.s. yang mengajak kaumnya agar memperhatikan bagaimana Allah menciptakan diri mereka sendiri dan tiada sampai menjadi manusia yang sempurna lengkap dengan panca inderanya…..”Apakah Tuhan yang telah menciptakan mereka dari sesuatu yang tiada tadi. Tidak mudah bagi-Nya untuk menghidupkan mereka kembali sesudah mati.” Di samping diri mereka sendiri yang hendaknya di perhatikan, merka dianjurkan agar bepergian di muka bumi Allah melihat-lihat penciptaan Allah yang berupa makhluk-makhluk beraneka ragam dan yang bernyawa sampai yang tak bernyawa yang di atas bumi atau di angkasa, tidakah semuanya itu menandakan kekuasaan Allah yang Maha Luas, yang akan mengazan siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya dan memberi rahmat kepada siapa yang Dia kehendaki pula dan tiada seorangpun akan dapat melepaskan diri dari azab-Nya jika dikehendaki. Ia di bumi atau pun di langit dan tiada pula ia akan mendapat pelindung atau penolong.
Dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan tafsir ayat ini yaitu bahwa manusia diperintahkan agar tidak seperti katak dalam tempurung, tapi disuruh agar manusia khusus memperhatikan bagaimana asal mulanya permulaan kejadian dunia ini. Yaitu dengan cara melakukan penyelidikan, observasi, penelitian dan lain-lain. Penyelidikan-penyelidikan itu akan sampai pada permulaan timbulnya ciptaan pertama tentang hidup. Dan itu adalah pintu permulaan akan masuk ke dalam penyelidikan dari segi ilmiah akan kemungkinan adanya perulangan hidup yang kedua kali, yang bernama akhirat atau kiamat. Pada potongan ayat selanjutnya “Kemudian Allah memunculkan kemunculan yang lain”. Artinya setelah manusia memperhatikan awal permulaan penciptaan alam ini sampai menjadi ilmu, di anjurkan manusia supaya merenungkan kemungkinan yang amat luas bagi Maha Penguasa itu. Setelah Dia sanggup menciptakan awal permulaan kejadian menurut jalan yang mudah bagi-Nya, tetapi manusia bagaimapun pintarnya tidak dapat menciptakan seperti itu, niscaya akan bangunlah pancaindera menangkap hasil dari penyelidikan alam, buat mengambil kesimpulan bahwa alam ini memang ada Penciptanya dan Pencipta itu sanggup dan mudah saja memunculkannya kelak dalam permunculan yang lain. Ujung ayat ditutup dengan kata tegas : “Sesungguhnya Allah atas tiap sesuatu adalah Maha Kuasa”.
Dalam tafsir Fi Zilalir Qur’an juga dijelaskan hal yang sama. Namun ditegaskan bahwa redaksi Al-Qur’an disini menggunakan kata kerja masa lalu ( past tense) “Bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaan-Nya?”, setelah perintah untuk berjalan di muka bumi untuk memperhatikan bagaimana Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nya dari permulaan-Nya. Hal itu menimbulkan ide tertentu dalam diri manusia. Ia melihat di bumi ini sesuatu yang menunjukan proses penciptaan kehidupan yang pertama, dan bagaimana permulaan penciptaan makhluk itu.
Serta di jelaskan juga dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa Allah berfirman kepada hamba-hamba-Nya yagn mukmin tatkala mereka mendapat musibah dalam perang Uhud dan gugur tujuh puluh orang di antara mereka sebagai syuhada, “ bahwa hal yang serupa itu telah terjadi pada umat-umat yagn sebelum mereka, para pengikut nabi-nabi yang akhirnya merekalah yang beruntung dan orang-orang kafirlah yang binasa. Karenannya Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya mengadakan perjalanan untuk melihat dan menyaksikan bagaimana akibat yang diderita oleh umat yang mendustakan nabi-nabi-Nya.
Allah berfirman bahwa di dalam Al-Qur’an. Terdapat keterangan sejelas-jelasnya bagi umat manusia, juga mengenai cerita umat-umat yang dahulu. Di samping itu ia adalah petunjuk dan pencegah dari segala perbuatan dosa dan maksiat.
Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya janganlah menjadi lemah dan sedih hati karena apa yang mereka derita dalam perang Uhud. Sebab kemenangan terakhir adalah bagi orang-orang mukmin. Dan jika mereka telah mendapat luka-luka dan banyak yang gugur dalam perang Uhud. Maka hal yang serupa telah dialami, pula oleh musuh-musuh mereka dalam perang Badar. Dan memang demikianlah sunnah Allah yang menggilirikan masa kehancuran dan kejayaan di antara manusia.
Allah berfirman bahwa dengan penderita yagn dialami dalam perang Uhud, Allah hendak memersihkan orang-orang yang beriman dari dosa-dosa mereka dan atau mengangkat derajat mereka sesuai dengan penderitannya. Sedangkan orang-orang kafir akan dibinasakan, walaupun untuk sementara mereka memperoleh kemenangan.

E. Kandungan Pendidikan Sejarah dalam Al-Qur’an Surat Al-Imran Ayat 137 dan Al-Qur’an Surat Al-Ankabut Ayat 20
Untuk mengaitkan ayat tersebut di atas dengan konteks pendidikan sejarah maka seyogyanya kita harus mengetahui definisi pendidikan dan sejarah terlebih dahulu. Sebagaimana kita tahu bahwa pendidikan Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sedangkan menurut situs Wikipedia bebas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Sedangkan Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi: pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.
Dari pengertian pendidikan dan sejarah dapat ditarik benang merah bahwa pendidikan sejarah adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat dari kejadian-kejadian yang lampau.
Terkait dengan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk belajar dari sejarah dengan pergi berjalan-jalan diluar untuk melakukan penelitian dan penyelidikan tentang alam dan sunnah-sunnah Allah. Sehingga dapat merenungkan dan mengambil kesimpulan bahwa Alam semesta ini pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.
Selain itu juga dengan belajar lewat pendidikan sejarah kita dapat mengetahui tentang akibat-akibat yang bagi orang-orang yang mendustakan Allah. Dari kisah-kisah dalam al-Qur’an diceritakan bahwa semua yang mendustakan Allah maka akan hancur, seperti Raja Firaun yang mengaku agung dan mengaku sebagai tuhan terlelap dalam lautan, Qarun yang super kaya mati termakan oleh perut bumi, raja Namrut, Abu Jahal dan lain-lain. Selain itu juga dengan belajar lewat pendidikan sejarah kita dapat mengambil pelajaran di dalamnya sehingga sesuatu yang berguna atau contoh-contoh sukses kita lakukan sedangkan sesuatu yang jelek dan tidak bermanfaat maka jangan dilakukan.
Seperti nasehat guru yang menasehati murid muridnya tentang nasehat yang ia dapat dari belajar, pengalaman dan cerita-cerita orang sukses. Misalkan guru menasehati kalau kamu ingin pintar makanya belajar, tak ada yang pintar tanpa belajar. Seperti istilah rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya itu semua adalah sunnah-sunnah Allah yang berkaitan dengan pendidikan yang mengambil hikmah hal yang telah terjadi dahulu. Misalkan lagi, dahulu orang Indonesia terjajah oleh Negara luar karena orang-orangnya bodoh, maka sekarang setelah kita merdeka harus belajar yang rajin agar tidak bodoh dan dijajah lagi oleh Negara luar. Ini adalah mengambil pelajaran dan hikmah dari kejadian-kejadian dahulu.
Sejarah tentang alam merupakan bagian integral yang penting dari ilmu pengetahun dalam Islam. Ilmu ini menyelidi aspek lahiriah dari pada dunia fisik yang sama: yaitu bahwa semua benda adalah ciptaan Allah dan manusia dapat menemukan banyak tanda-tanda kebesaran-Nya melalui study mereka. Study dalam semua ilmu pengetahuan pada hakekatnya dapat menghidupkan kembali kesadaran agama dalam hati para pelakunya dan membuat hari mereka dapat merasakan akan kebesaran dan keagungan tuhan. Bagi orang beriman tidak ada keraguan sedikitpun bahwa ilmu pengetahuan dan agama dalam Islam adalah satu dan sama. Satu sama lain saling menuntun dan saling berkaitan dengan eratnya, satu sama lain saling membantu dan melengkapinya. Ilmu pengetahuan mengungkapkan kegaiban yang terdapat di dalam alam dunia yang diciptakan Allah, dan mengisi hati mereka dengan rasa kagum dan takut, sedangkan agama menarik perhatian orang mukmin serta mengundangnya untuk mengamati apa yang ada disekelilingnya, mencari dan memikirkan tentang keajaiban maha penciptanya.
Dari ayat di atas menunjukan bahwa Al-Qur’an mengajarkan bahwa kemajuan beragama terjadi melalui proses belajar dan amat menekankan pada pentingnya proses belajar. Al-Qur’an meletakan dasar ilmu pengetahuan pada fakta-fakta kongkrit yang dapat dilihat oleh panca indra lewat persepsipanca indra pula. Al-Qur’an selalu mendorong akal pikiran dan menekankan pada upaya mencari ilmu pengetahuan serta pengalaman dari sejarah, dunia alamiah dan diri manusia sendiri karena Allah menunjukan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam diri manusia sendiri ataupun diluar dirinya. Oleh karena itu, “Menjadi kewajiban manusia untuk menyelidiki dan mengamati ilmu pengetahuan yang dapat menghasilkan kecakapan dalam semua segi dan pengalaman manusia”.
KESIMPULAN

Pendidikan sejarah adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat dari kejadian-kejadian yang lampau.
Terkait dengan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk belajar dari sejarah dengan pergi berjalan-jalan diluar untuk melakukan penelitian dan penyelidikan tentang alam dan sunnah-sunnah Allah. Sehingga dapat merenungkan dan mengambil kesimpulan bahwa Alam semesta ini pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA


Al-Maragi, Ahmad Mustofa, 1992. Tafsir Al-Maraghi, Semarang: CV. Toha Putra
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, Jilid 1. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
H.Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy. 2004. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir,Cet-4. Surabaya:PT. Bina Ilmu.
Hamka. 2003. Tafsir Al-Azhar Cet-5. Singapura: Kerjaya Printing Industries Pte, Ltd..
Quthb, Sayyid, 2000. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 1, Jakarta: Gema Insani.
Rahman, Afzalur, 1989. Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, Jakarta: PT Bina Aksara.
Syakur,Ahmad, 2005 Sunan At-Tirmidzi. Kaira: Darul Hadits.